Minggu, 18 Mei 2014

Syirik, ternyata sangat berbahaya


Mengenai syirik dan bahayanya

Segala puji bagi Allah,shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rosulullah, kepada keluarganya,kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat,amma ba’du.

Ta’rif (Definisi) syirik dan Bahayanya

Syirik adalah seseorang mengadakan tandingan bagi Allah Subhaanahu wa Ta’ala baik dalam rububiyyah maupun uluhiyyah.Dalam rububiyyah misalnya menganggap bahwa di samping Allah Ta’ala ada juga yang ikut serta mengatur alam semesta.Sedakan dalam uluhiyyah misalnya menyembah dan beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala.Namun umumnya,syirik itu terjadi dalam uluhiyyah (beribadah).
Syirik adalah dosa besar yang paling besar,dan termasuk 7 dosa besar yang membinakan seseorang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

<< اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ >> . قَالُوا : يَارَسُولَ اللهِ , وَ مَا هُنَّ ؟ قَالَ :<< الشِّرْكُ بِاللهِ , وَالسِّحْرُ , وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللهُ اِلاَّ بِالْحَقِّ , وَأَكْلُ الرِّبَا , وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ , وَ التَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ , وَقَدْ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ >> .

“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan!” Para sahabat bertanya,”wahai Rasulullah,apa saja itu?” Beliau menjawab,”Syirik kepada Allah , melakukan sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari peperangan dan menuduh berzina wanita yang suci mukminah yang tidak tahu-menahu.”(HR.Bukhari-Muslim)

Di samping itu, Allah mengharamkan surge bagi orang yang meninggal di atas perbuatan syirik dan mengekalkan orang itu di neraka (lihat QS. Al Maa’idah :72).

Pembagiann Syirik

Syirik terbagi dua:
1.               
1.       Syirik Akbar (besar),

Syirik ini bisa terjadi dalam rububiyyah maupun dalam uluhiyyah. Dalam Rububiyyah telah di terangkan sebelumnya, sedangkan dalam Uluhiyyah adalah dengan mengerahkan ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala (baik selain Allah itu para malaikat, para nabi, orang-orang yang sudah mati, kuburan, batu, keris, matahari, bulan, jin, maupun lainnya). Misalnya berdoa dan meminta kepada selain Allah, ruku dan sujud kepada selain allah, berkurban untuk selain Allah (seperti membuat sesaji untuk jin atau penghuni kubur), bertawakal kepada selain Allah dan segala bentuk penyembahan/ibadah lainnya yang ditunjukan kepada selain Allah Ta’ala.

2.         Syirik Ashghar (kecil)

Syirik kecil adalah perbuatan, ucapan atau niat yang di hukumi syirik oleh islam, karena bisa mengarah kepada Syirik Akbar dan mengurangi kesempurnaan tauhid seseorang. MIsalnya,
a.            Bersumpah dengan nama selain Allah (termasuk bersumpah dengan nama nabi atau lainnya), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ

“Barang siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka sungguh dia telah berbuat kufur atau syirik.”(HR.Trimidzi dan ia menghasankannya).

b.            Memakai gelang, cincin atau kalung sambil beranggapan bahwa benda-benda tersebut sebagai sebab sembuhnya dari penyakit atau terhindar dari bahay. Hal ini termasuk syirik ashghar, karena Allah sama sekali tidak menjadikan sebab sembuhnya penyakit dengan benda-benda tersebut. Dan bisa menjadi Syirik Akbar apa bila ia beranggapan bahwa benda-benda tersebut dengan sendirinya bisa menyembuhkan penyakit atau bisa menghindarkan bahaya dsb. Rasulullah shallallahu wa sallam bersabda: 
   
مَنْ عَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barang siapa yang memakai jimat, maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad dan Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no 6394).

c.            Riya’ (mengerjakan ibadah agar dipuji oleh manusia), Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

اِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ اللأَصْغَرُ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمُ اذْهَبَوا اِلَى الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِى الذُّنْيَا فَنْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

“Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirik kecil .” Para sahabat bertanya,” Apa syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Riya’. Allah ‘Azza wa jallaakan berfirman kepada mereka (orang-orang yang berbuat riya’), ketika amal manusia diberi balasan, “Pergialah kalian kepada orang yang kalian riya’ karenya ketika di dunia! Lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan?” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani dalam shahihul jami’ no 1555).

d.            Mengerjakan ibadah tujuannya untuk mendapatkan dunia misalnya seseorang ingin menjadi imam masjid, muazin, atau khatib agar mendapatkan uang dsb. Orang yang seprti ini sia-sia amalnya, sebagaimana riya’ (lihat QS. Hud: 15-16). Kepada orang yang seprti ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَعِسَ عَبْدً الدِّيْنَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ اِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ وَاِنْ لَمْ يَعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَاِذَا شِيكَ فَلاَ انْتَقَشَ

“Celaka hamba dinar, hamba dirham, damn hamba khamishah (pakaian mewah). Jika diberi ia senang, jika tidak ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah, kalau kena duri semoga tidak tercabut.” (HR. Bukhari)

e.                   Thiyarah (merasa sial dengan sesuatu sehingga tidak melanjutkan keinginannya).

Abu Dawud meriwayatkan dari Muhammad bin Rasyid dari seseorang yang di dengarnya, bahwa kaum jahiliyyah merasa sial dengan bulan Shafar, mereka mengatakan, bahwa bulan itu adalah bulan sial, maka nabi shllallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan anggapan itu.

Ibnu Rajab berkata, “Mereka sial dengan bulan Shafar termasuk jenis thiyarah yang terlarang. Demikian pula merasa sial dengan salah satu hari, seperti hari Rabu, dan anggapan sial menikah pada bulan Syawwal yang di yakini kaum jahiliyyah.”

Termasuk ke dalam hal ini adalah ketika ia mendengar suara burung gagak, ia beranggapan bahwa jika ia keluar dari rumah maka ia akan mendapat kesialan atau kecelakaan sehingga ia pun tidak jadi keluar,dsb.

Pelebur dosa thiyarah adalah dengan mengucapkan:

اَللهَمَّ لاَ خَيْرَ اِلاَّّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ اِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ اِلهَ غَيْرُكَ

“ Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu dan tidak ada nasib sial kecuali yang engkau tentukan, dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain-Mu.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salla bersabda, “Barang siapa yang dihalangi maksudnya thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.” Lalu para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, apa kaffaratnya?” Beliau menjawab,

أَنْ يَقُوْلَ اَحَدُهُمْ: اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ اِلاَّ خَيْرُكَ, وَلاَ طَيْرَ اِلاَّ طَيْرُكَ, وَلاَ اِلَهَ غَيْرُكَ

“Hendaknya salah seorang di antara mereka berkata, “Ya Allah, tidak ada kebaika kecuali kebaikan-Mu…dst.”( Hadits ini di nyatakan hasan oleh pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah).

Termasuk syirk juga adalah apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berikut ketika menafsirkan ayat “Falaa taj’aluu lillahi andaadaa…’artinya:”Maka janganlah kamu adakan bagi Allah tandingan-tandingan sedang kamu mengetahui”(Terj.QS. Al Baqarah:22):

“Tandingan-tandingan tersebut adalah perbuat syirk, di mana ia lebih halus daripada selimut di atas batu yang hitam di kegelapan malam, yaitu kamu mengatakan “Demi Allah dan demi hidupmu wahai fulan,” “Demi hidupku,” juga mengatakan “ Jika seandainya tidak ada anjing kecil  ini tentu kita kedatangan pencuri”, dan kata-kata “Jika seandainya tidak ada angsa di rumah ini tentu kita kedatangan pencuri”, juga pada kata-kata seseorang pada kawannya “Atas kehendak Allah dan kehedakmu’, dan pada kata-kata seseorang “Jika seandainya bukan karena Allah dan si fulan (tentu…)”, Janganlah kamu tambahkan fuolan padanya, semua itu syirk.”

Perbedaan syirk akbar (besar) dengan syirk ashghar (kecil)

Perbedaan syirk akbar dengan syirk ashghar adalah: Pertama, syirk besar dapat mengeluarkan seseorang dari islam sedangkan syirk kecil tidak. Kedua, syirk besar membuat seseorang kekal di neraka jika meninggal di atas perbuatan itu, sedangkan syirk kecil tidak. Ketiga, syirk besar menghapus seluruh amal sedangkan syirk kecil tidak.

Contoh Syirk lainnya.

Termasuk syirk pula di samping yang telah disebutkan adalah meyakini ramalan bintang (zodiak),  melakukan pellet, sihir atau santet, mencari (ngalap) berkah pada benda-benda yang dikeramatkan, memakai jimat, membaca jampi-jampi syirk, mengatakan bahwa hujan turun karena bintang ini dan itu tahun ini dan tahun itu, padahal hujan turun karena karunia Allah dan Rahmat-Nya.
Demikian pula mengatakan “Hanya Allah dan kamu saja harapanku”, “ Aku dalam lindungan Allah dan Kamu”, “Dengan nama Allah dan nama fulan” dan kalimat lain yang terkesan menyamakan Allah dengan Allah Ta’ala. Ini semua adalah syirk. Termasuk pula menaati ulama atau umara (pemerintah) ketika mengharamkan apa yang Allah halalkan atau menghalalkan apa yang Allah haramkan.

Do’a agar terhindar dari Syirk.

Imam Bukhari dalam Al Adabul Mufrad meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ma’qil bin Yasar Ia berkata, “ Aku pernah pergi bersama Abu Bakar Ash Shiddiq menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Wahai Abu Bakar, syirk itu di tengah-tengah kalian lebih halus daripada rayapan semut.” Abu Bakar berkata, “Bukankah syirk itu mengadakan tuhan lain di saping Allah?” Nabi shallallahi ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, syirk itu lebih halus daripada rayapan semut. Maukah kamu aku tunjukan sesuatu yang jika engkau ucapkan, maka akan hilang syirk itu baik sedikit maupun banyak?” Beliau bersabda, “Ucapkanlah,


اَللهُمَّ اِنِّىْ اَعُوْدُ بِكَ اَنْ اُشْرِكَ بِكَ وَ اَنَا اَعْلَمُ وَ اَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ اَعْلَمُ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku dalam keadaan  mengetahui dan aku minta ampunan-Mu dalam hal yang tidak aku ketahui.” (Disahihkan oleh Al Albani).

                                                                                                                             
 Maraji’: aqidatut Tauhid (Dr. Shalih Al Fauzan), Kitabut Tauhid (Syaikh M. bin Abdul Wahhab), Al Adabul Mufrad (Imam Bukhari), Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.

 dinukil dari buletin al Islah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar