Kayambang
“duckweed?” atau “kiambang?” Istilah lokal yang sering
disebut adalah “kayambang”. Duckweed atau kiambang yang selama ini dianggap
sebagai pengganggu ikan peliharaan bagi sebagian pembudidaya ikan ternyata
adalah salah satu tanaman akuatik yang memiliki potensi sebagai pakan untuk
ikan dan udang. Beberapa contoh duckweed yang dapat diberikan pada ikan dan
udang adalah dari genus Lemna sp, Spirodela, Wolfia,
Wolffiella dan Azolla sp.
Dari beberapa genus tersebut, Lemna dengan
spesies Lemna minor menjadi
salah satu kiambang yang sering diberikan untuk ikan, udang dan beberapa jenis
unggas.
Kayambang (Silvinia molesta) merupakan tumbuhan air yang
hidup mengapung (floating) pada permukaan air yang terdiri atas batang, daun
dan akar.Batangnya bercabang tumbuh mendatar dan ditumbuhi bulu panjang hingga
mencapai 30 cm. Kayambang dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dengan
ketinggian 1800 meter di atas permukaan air laut. Di Indonesia penyebaran
tumbuhan ini banyak dijumpai di Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Soerjani
et al. 1978).
Kayambang
tumbuh subur di sepanjang sungai, waduk, danau, kolam atau sawah, serta
penyebarannya kontinyu melalui aliran sungai atau sistem pengairan/irigasi.
Tumbuhan ini biasanya lebih banyak dijumpai dan tumbuh subur di antara tanaman
padi, bahkan kehadiran kayambang akan menekan perkembangan tumbuhan air lainnya
sepertiduckweed atau azolla, sehingga dapat mengurangi penyebaran tumbuhan
tersebut. Pertumbuhannya yang cepat dan kultivasi biomassa yang singkat,
tumbuhan ini dapat menghisap oksigen (O2) dalam air kolam, waduk, sepanjang
aliran sungai atau sistem pengairan, meskipun di bawah kondisi lingkungan yang
kurang baik (Paterson, 1999).
Kandungan unsur hara
yang terdapat dalam kayambang yang telah dijadikan bokashi sangatlah banyak
tetapi jumlahnya masih relatif kecil, yaitu N (1,93%), P (0,84%), K (0,47%), Fe
(0,51%), Na (0,81%), Ca (0,05%), Mn (1,40%), Zn (0,90%) dan Cu (14%) (Wabatabe,
1984 dalam Sustiyah dan Fengki, 2005). Eceng gondok yang dikenalsebagai
gulma air digunakan sebagai bahan baku pembuatan bokashi. Sarief
(1986) mengemukakan bahwa susunan hara eceng gondok meliputi 0,04% nitrogen,
0,06% P2O5, 0,20% K2O, 3,5% bahan organik, dan
93,3 % air. Manin (1997) menambahkan bahwa berdasarkan bahan kering
eceng gondok mengandung 17,69% protein kasar, 29,30% serat kasar, 2,66%
lemak kasar, 9,26% abu, 0,34% Ca, 0,45% P, dan 4016 K.kal/kg.
Potensi Kayambang sebagai campuran pakan itik
Dari beberapa
laporan hasil penelitian tentang pemanfaatan kayambang sebagai bahan pakan
ternak, disimpulkan bahwa tumbuhan ini mempunyai potensi dan prospek yang baik
dalam mendukung penyediaan pakan berbasis bahan pakan lokal. Pemanfaatan bahan
pakan lokal yang tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, tetapi dapat
meningkatkan performa ternak merupakan alternatif yang dapat dipilih (Satata,
1992), sehingga dapat menekan pengeluaran biaya pakan, yang merupakan komponen
terbesar dalam beternak unggas (Rohaeni dan Setioko, 2001).
Penggunaan kayambang sebagai bahan pakan ternak, dikemukakan Situmorang (1994) bahwa pemberian 5% dalam ransum babi lepas sapih, menunjukkan pertambahan bobot badan yang lebih baik dibanding kontrol, bahkan pemberian sampai level 20% dapat menggantikan jagung kuning dan secara signifikan meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Pemberian kayambang sebesar 40% ditambah rumput kering lapang ditambah 1% konsentrat pada pakan sapi PO menunjukkan peningkatan pertambahan bobot badan mingguan sebesar 3,28 kg/minggu.
(Sumber : Poultry Indonesia)
Penggunaan kayambang sebagai bahan pakan ternak, dikemukakan Situmorang (1994) bahwa pemberian 5% dalam ransum babi lepas sapih, menunjukkan pertambahan bobot badan yang lebih baik dibanding kontrol, bahkan pemberian sampai level 20% dapat menggantikan jagung kuning dan secara signifikan meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Pemberian kayambang sebesar 40% ditambah rumput kering lapang ditambah 1% konsentrat pada pakan sapi PO menunjukkan peningkatan pertambahan bobot badan mingguan sebesar 3,28 kg/minggu.
(Sumber : Poultry Indonesia)
Kami sudah lama menggunakan campuran kayambang dan dedak untuk pakan itik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar