Sejarah dan Perkembangan
Keramik Plered
Plered
adalah nama salah satu kecamatan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sejarah
Plered tidak lepas dari sejarah keramik dan perjuangannya. Wilayah Plered,
Cirata, Gandasoli dan Citalang termasuk kota atau desa yang tua di Kabupaten
Purwakarta. Sejarah Plered dan keramik sudah ada sejak jaman Neolitikum. Pada
jaman tersebut, sudah ada penduduk yang berdatangan ke daerah Cirata menyusuri
sungai Citarum.
Dari hasil penggalian di daerah Cirata
ditemukan peninggalan dari batu, kapak persegi, alat untuk menumbuk dan alu
dari batu, termasuk ditemukan belanga dan periuk dari tanah liat, juga
ditemukan adanya panjunan (anjun) tempat membuat keramik.
Asal muasal nama Plered mempunyai beragam
versi: di antaranya nama tersebut berasal dari masa tanam paksa ketika pada
waktu tersebut daerah ini menjadi tempat penanaman kopi yang hasilnya diangkut
menggunakan pedati-pedati kecil yang ditarik oleh kerbau
(disebut Palered). Pedati pengangkut kopi
tersebut dibuat dari papan kayu baik roda mau pun pedatinya, sehingga kuat
sekali kalau melalui jalan berlumpur. Pengangkutan kopi tersebut menuju Cikawao
Bandung/Jatiluhur yang selanjutnya diangkut menggunakan rakit ke Tanjung Priok
menyusuri sungai Citarum.
Perkembangan
Kerajinan Keramik Plered
Keramik sebagai bentuk kerajinan sudah
nampak pada jaman kolonial Belanda, mulai tahun 1795 yang pada saat itu di
sekitar Citalang ada lio-lio (tempat pembuatan genteng dan batu bata). Sejak
itulah rumah-rumah rakyat yang semula beratap ijuk, sirap, daun kelapa atau
alang-alang di sekitar Plered dan di Kabupaten Karawang mulai diganti dengan
atap genteng bahkan di sekitar Anjun (Panjunan) sudah dimulai pembuatan
gerabah/tembikar. Mulai tahun 1935, produk gerabah yang diglasir di Plered
menjadi industri rumah tangga. Pada tahun tersebut, terdapat perusahaan Belanda
yang membuka pabrik glasir bernama Hendrik De Boa di Warung Kondang, Plered.
Pada jaman kolonial Jepang, kerajinan
keramik mengalami kemunduran akibat penduduknya harus bekerja sebagai romusha,
utamanya di sekitar kaki Gunung Cupu dan Ciganea. Sedangkan pabrik De Boa
dikuasai dan diganti namanya menjadi Toki Kojo. Kendati demikian perusahaan
tersebut tetap berjalan.
Pada masa kemerdekaan, produksi gerabah dan keramik di Plered nyaris terhenti sama sekali karena keterlibatan penduduk dalam gerakan perjuangan. Setelah penyerahan kedaulatan tanggal 29 Desember 1949, keadaan di Plered berangsur baik, sehingga produksi gerabah dan keramik mulai bangkit kembali ditandai dengan Bung Hatta membuka resmi Induk Keramik yang gedungnya dekat Gonggo pada 1950. Pada masa itu mesin-mesin didatangkan dari Jerman lantas mencapai masa kejayaannya karena produktivitasnya relatif tinggi. Di samping itu Induk Keramik berjasa dalam membimbing industri rumah tangga hingga berkembang pesat.
Saat ini seiring dengan perkembangan
jaman dan pergeseran paradigma, tengah terjadi pembenahan dalam penerapan
rekayasa desain, teknologi dan manajemen yang dilakukan secara koordinatif
antara Kelompok Kerja Klaster Industri Kerajinan Keramik Plered yang berada di
bawah binaan Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen
Perindustrian bekerja sama dengan UPTD Litbang Keramik Plered sebagai instansi
di bawah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten
Purwakarta didukung secara akademis oleh Tim HI-LINK yang merupakan satgas
kemitraan perguruan tinggi bagi masyarakat pengrajin dari FSRD-Institut
Teknologi Bandung.
Kondisi terkini adalah tercatat sekitar
264 unit usaha yang mempekerjakan sekitar 3000 orang dengan nilai produksi
berkisar 8,5 milyar rupiah. Produksinya diekspor ke berbagai negara di
antaranya : Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Belanda, Kanada,
Saudia Arabia, Amerika Serikat dan Amerika Latin, Inggris, Spanyol, Italia dan
berbagai negara mancanegara lainnya.*
Selamat menikmati Wisata budaya di Plered-Purwakarta, tempat wisata di Plered masih ada Waduk Cirata kira2 10 Km dari Pusat Keramik Plered, di area Stasiun Plered ada Kuliner Khas Plered yaitu Sate Maranggi, kemudian obyek wisata lain untuk para pendaki gunung ada Gunung Parang.
Jalur
transportasi menuju plered, purwakarta dari Jakarta melalui jalur tol
Cikampek-Cipularang keluar gerbang tol Jatiluhur/Ciganea, lalu lampu merah
belok kanan kurang lebih 7 Km.
Jalur
kendaraan umum dari Jakarta, Kp. Rambutan naik bis Warga Baru/Kramatjati
jurusan Purwakarta turun di Ciganea kemudian naik angkot warna hijau muda
jurusan Plered.
Selamat menikmati Wisata budaya di Plered-Purwakarta, tempat wisata di Plered masih ada Waduk Cirata kira2 10 Km dari Pusat Keramik Plered, di area Stasiun Plered ada Kuliner Khas Plered yaitu Sate Maranggi, kemudian obyek wisata lain untuk para pendaki gunung ada Gunung Parang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar